pembalut yang didesain untuk pantyliners |
Pembalut wanita tidak sama dengan popok yang digunakan baik pria atau wanita yang mengidap masalah buang air kecil. Namun pembalut wanita dapat juga digunakan oleh mereka, karena daya serap yang hampir sama dengan popok yang demikian.
Benda yang berguna untuk menampung darah menstruasi ini ternyata sudah muncul sejak abad ke-10. Sepanjang sejarah, wanita menggunakan berbagai macam perlindungan menstruasi.
Beberapa contohnya yang dapat dilihat di Museum Menstruasi antara lain adalah sejenis bantalan yang dijahit dan celemek menstruasi, orang Inuit (Eskimo) memakai kulit kelinci sementara di Uganda yang dipakai adalah papirus. Cara yang cukup umum adalah dengan menggunakan potongan kain tua.
Dimulai dari zaman Mesir Kuno, orang Mesir kuno sudah mengenal pembalut yang pada saat itu masih terbuat dari daun papyrus yang dilembutkan dan bentuknya seperti tampon. Lalu berkembang di Yunani kuno dengan menggunakan bahan kapas halus dan dan dibungkus kayu kecil.
Berbagai macam bahan yang digunakan untuk pembalut wanita seperti rumput kering , wol, kapas, kain bekas, maupun serat sayuran. Bentuknya yaitu dimasukan kedalam kantong dan diselipkan di antara kedua kaki.
Pada tahun 1867 ditemukan menstrual cup (mangkuk menstruasi). Mangkuk ini diletakan ke dalam kantong kain yang dihubungkan dengan belt yang diikat di pinggang. Pada saat itu, wanita tidak menggunakan apa-apa dibalik roknya, sehingga jika sedang menstruasi, mereka memakai pembalut tersebut.
Namun, yang menggunakan menstrual cup hanya orang-orang tertentu saja. Orang miskin masih menggunkan kain yang bisa dicuci sehingga bisa dipakai berulang kali, karena mereka tidak sanggup membeli menstrual cup.
Pembalut wanita sekali pakai yang pertama kali didistribusikan di dunia adalah produk dari Curads and Hartmann’s. Ide untuk produk ini berawal dari para perawat yang memakai perban dari bubur kayu untuk menyerap darah menstruasi. Seorang perawat
Perang Dunia pertama, ketika itu mereka menyadari bahwa pembalut yang mereka gunakan untuk membalut luka tentara ternyata bisa mereka gunakan ketika haid. Bantalan jenis ini dianggap cukup murah untuk dibuang setelah dipakai dan bahan bakunya gampang didapat. Lalu pada tahun 1900-an, disposable pads dibuat.
Bahannya pun diganti, yang awalnya memakai bahan wood fiber dan cotton fiber, hingga bahan-bahan lainnya seperti jel.
Beberapa pembuat pembalut wanita sekali pakai pertama adalah juga produsen perban (pembalut wanita modern dapat digunakan untuk pertolongan pertama pada luka jika tidak ada perban karena pembalut wanita kemampuan menyerapnya tinggi dan steril).
Butuh beberapa lama untuk produk baru itu digunakan secara luas oleh wanita. Hal ini terutama disebabkan masalah harga. Pembalut wanita sekali pakai awalnya terbuat dari wol, katun, atau sejenisnya, berbentuk persegi dan diberi lapisan penyerap.
Lapisan penyerapnya diperpanjang di depan dan belakang agar bisa dikaitkan pada sabuk khusus yang dipakai di bawah pakaian dalam. Desain model begini merepotkan karena suka selip ke depan atau belakang. Kemudian, desainer pembalut punya ide cerdas memberi perekat pada bagian bawah pembalut untuk dilekatkan pada pakaian dalam.
Dulu, pembalut tebalnya bisa sampai dua sentimeter dan karena bahan penyerapnya kurang efektif, mudah bocor. Untuk mengatasinya, berbagai variasi diterapkan, misalnya menambahkan sayap, mengurangi ketebalan dengan memakai bahan tertentu, dan sebagainya.
Desain pembalut yang tadinya persegi dibuat menjadi lebih berlekuk-liku, jenis pembalut pun jadi beragam. Jenis-jenis pembalut sekali pakai mencakup panty liner, ultra thin, regular, maxi, night, dan maternity. Beberapa pembalut bahkan diberi deodoran untuk menyamarkan bau darah dan ada beberapa jenis panty liner yang dirancang agar dapat dipakai bersama G-string.
Meskipun pembalut sekali pakai telah banyak digunakan, pembalut dari kain (tentu saja dengan desain yang lebih baik, bukan sekadar potongan-potongan kain yang disumpalkan) kembali muncul sekitar tahun 1970-an dan cukup populer pada tahun 1980-an sampai 1990-an.
Wanita memilih memakai kain dengan alasan kenyamanan, kesehatan, dampak lingkungan, dan lebih murah karena memungkinkan untuk dicuci.
Sekarang saking banyaknya pembalut sekali pakai yang dijual di pasaran, para wanita sering bingung untuk memakai yang mana. Apalagi dibayangi risiko iritasi di kulit luar vagina jika pembalutnya tidak cocok. Karena itu perhatikan tips berikut :
- Cara pertama memilih pembalut yang pas adalah memilih permukaan pembalut yang halus. Permukaan yang kasar mudah menyebabkan iritasi, terutama jika kondisi kemaluan sangat lembab. Pilih pembalut berdaya serap tinggi agar kemaluan tidak mudah lembab.
Pembalut sebaiknya tidak mengandung pewangi dan terakhir, cari pembalut bermaterial tidak terlalu padat agar sirkulasi udara di sekitar kemaluan tetap terjaga. - Jika alergi atau iritasi terjadi setelah penggunaan pembalut tertentu, segera ganti pembalut, jangan merasa rugi dengan pembalut yang sudah telanjur dibeli serta segera gunakan pembalut merek lain.
- Bicara soal “sayap” alias wing pada pembalut, semua tergantung kenyamanan pemakai. Ada yang cocok dan ada juga yang tidak suka sebab selangkangan mudah iritasi karena gesekan.
- Apakah Oyiners biasa mencuci pembalut bekas? Hal ini sama sekali tidak perlu. Fungsi pembalut itu menampung darah kotor. Sifatnya yang disposable (dapat dibuang) memungkinkan produk ini dibuang setelah digunakan.
Jika Oyiners mencucinya, gel di pembalut justru akan keluar bersama darah dan mengotori area sekitar. Ini malah tidak higienis. Pembalut bekas justru harus disimpan di kantong kertas yang ramah lingkungan sebelum dibuang, setelah itu cuci tangan dengan sabun sampai bersih. - Dalam sehari, perempuan harus mengganti pembalut sesuai volume darah yang keluar. Jika sedang deras, usahakan sesering mungkin. Biasanya di hari-hari terakhir darah yang keluar tidak banyak lagi, gantinya bisa 1 – 2 kali saja.
- Pantyliner sebaiknya digunakan saat masa subur karena produksi cairan di fase ini lebih banyak daripada biasanya. Akan tetapi, jika Oyiners menggunakan pantyliner setiap hari, senantiasa perhatikan kondisi vagina.
- Apakah ada keluhan seperti iritasi, alergi, gatal, atau lainnya? Jika ada, sebaiknya dihentikan.
- Pilihlah pantyliner atau pembalut yang tidak mengandung pewangi. Kandungan pewangi pada pembalut dan pantyliner berpotensi mengiritasi kulit, terutama bagi pemilik kulit kering.
Lapisan anion aman untuk vagina |
Sejarah Pembalut Wanita
4/
5
Oleh
berjambang