Rabu, 08 Februari 2017

Curhatan Netizen : MENGAPA SAYA TIDAK MEMILIH HARYADI SUYUTI (HS)?



1. Selama memimpin Kota Yogyakarta 5 tahun terakhir, kinerja HS tidak
memuaskan publik. Hasil survei menunjukkan ±62% warga Kota Yogyakarta
menyatakan tidak puas atas kinerja HS. (Survei Indopolling Network
Research yang dilakukan bulan September 2016)

2. Sudah menjadi rahasia umum jika HS bukanlah pemimpin yang dekat
dengan rakyat sehingga kebijakan yang diambil juga tidak berpihak
untuk kepentingan rakyat. Ketidakhadiran HS di tengah rakyat sering
dikritisi masyarakat termasuk oleh kalangan seniman dengan mengadakan
“Festival Seni Mencari Haryadi”.

3. Kebijakan HS yang tidak berpihak ke rakyat dibuktikan dengan
maraknya pembangunan hotel, apartemen dan mall di Kota Yogyakarta
tanpa mempertimbangkan dampak-dampak negatifnya termasuk ketersediaan
air tanah yang menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan air warga Kota
Yogyakarta. Akibatnya banyak wilayah yang mengalami fenomena sumur
kering yang memicu keprihatinan banyak pihak termasuk akademisi dan
aktivis lingkungan hidup yang menyerukan gerakan “Jogja Asat”.

4. Menanggapi gerakan “Jogja Asat” akibat tidak terkendalinya
pembangunan hotel, apartemen dan mall di Kota Yogyakarta, Gubernur DIY
Sri Sultan Hamengku Buwono X merasa “ditipu” oleh HS sebagai Walikota
Yogyakarta yang terus memberi ijin pembangunan hotel baru. Kalau
Gubernur DIY yang juga Sultan Yogyakarta saja “ditipu” apalagi kita
yang rakyat biasa.

5. Menghadapi kritik keras dari Ngarsa Dalem dan masyarakat tentang
perijinan pembangunan hotel baru yang bejibun (ada sekitar 104 ijin
baru selama HS menjabat), HS bukannya bertanggung jawab secara
“gentle” tetapi malah menyalahkan aparatur dibawahnya dengan menyebut
dirinya tidak pernah teken ijin pembangunan hotel baru. Tetapi HS lupa
bahwa semua kebijakan pemerintahan di Kota Yogyakarta sepenuhnya
adalah tanggung jawabnya, bukan yang lain. (Harian Tribun Jogja 12
Oktober 2016 Hal. 1, judul “Wali Kota Sebut Tak Pernah Teken”)

6. Tentu kita melihat telah banyak berdiri Toko Modern Berjejaring
(TMB) di Kota Yogyakarta, bahkan berdiri di dekat pasar tradisional.
Hal itu menjadi bukti bahwa HS tidak berpihak kepada usaha-usaha
ekonomi rakyat dan bahkan menciptakan persaingan yang tidak sehat
antara TMB dengan pasar tradisional. Banyak berdirinya TMB ternyata
juga tidak dibarengi dengan penegakan regulasi karena faktanya banyak
TMB yang perijinannya tidak lengkap tetapi tetap dapat beroperasional.

7. Ditengah kekosongan regulasi yang mengatur tentang menara mikrosel,
ada ratusan  menara mikrosel yang telah berdiri dengan angkuhnya,
bahkan banyak yang berdiri di trotoar, taman dan lahan milik
Pemerintah Kota Yogyakarta. Sementara pendapatan daerah dengan
berdirinya menara-menara mikrosel tersebut tidak ada sama sekali.
Anehnya HS seperti tidak memiliki keberanian untuk menindak tegas
dengan menertibkan menara-menara mikrosel tersebut termasuk yang ada
di lahan-lahan milik Pemerintah Kota Yogyakarta. Padahal dari tahun
2012, sudah banyak pihak yang menyarankan agar HS segera menerbitkan
regulasi agar menara-menara mikrosel memiliki payung hukum, mengatur
tempatnya dan ada kontribusi untuk memperkuat PAD. Namun sampai habis
masa jabatannya, HS tidak pernah mengindahkan saran tersebut. Akhirnya
menara-menara tersebut berdiri secara liar tanpa keterlibatan

8. Carut marutnya regulasi di Kota Yogyakarta terkait perijinan
pembangunan hotel baru, TMB dan menara mikrosel menunjukkan bahwa HS
membuka peluang untuk terjadinya tidak pidana korupsi. Aroma korupsi
terkait perijinan tersebut pernah disampaikan oleh Busyro Muqoddas
mantan komisioner KPK dalam sebuah pembekalan untuk anggota DPRD di
Jogja. (http://www.radarjogja.co.id/kpk-cium-aroma-di-balik-izin-hotel/#
)

9. HS menghapus program ramah lingkungan “Sego Segawe” di lingkungan
Kantor Pemerintah Kota Yogyakarta. Padahal program tersebut bertujuan
untuk mengurangi emisi gas buang dari kendaraan bermotor guna
menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mendorong masyarakat untuk
menggunakan alat transpotasi sepeda dan kendaraan umum untuk
mengurangi kemacetan lalu lintas di Kota Yogyakarta. Protes masyarakat
dan kalangan muda atas kebijakan HS tersebut dituangkan dalam berbagai
media seni baik video, musik dan mural dengan tema “Ra Masalah Har”.
( https://www.youtube.com/watch?v=zly8OcutiGo )

Dengan mencermati fakta-fakta tersebut diatas, maka saya memutuskan
untuk TIDAK MEMILIH Haryadi Suyuti atau pasangan calon nomor 2 dalam

Pilkada Kota Yogyakarta

Related Posts

Curhatan Netizen : MENGAPA SAYA TIDAK MEMILIH HARYADI SUYUTI (HS)?
4/ 5
Oleh