Rasa kedinginan yang terjadi pada lanjut usia (lansia) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama pada lansia. Rasa kedinginan ini dapat disebabkan karena temperatur tubuh yang mencapai atau kurang dari 35 derajat (0) C dan keadaan ini disebut sebagai hipotermia, sedangkan temperatur tubuh yang normal pada lansia berkisar antara 36,5 sampai 37,2 0 C.
Keadaan ini dapat diketahui dengan meraba tubuh penderita dan terasa dingin atau yang lebih tepat lagi dengan memakai alat termometer berskala rendah. Cara lain untuk mengetahui adanya hipotermia ini yaitu dengan mengukur suhu air seni yang baru saja dikeluarkan.
Bahaya dari hipotermia ini yaitu menyebabkan meningkatnya risiko untuk mendapat penyakit dan kematian pada lansia, khususnya pada mereka yang berusia 75 tahun ke atas, yang disebut sebagai golongan lansia tua.
Dari penelitian menunjukkan bahwa lansia yang mengalami kekurangan gizi seringkali menderita hipotermia, sedangkan lansia dengan gizi yang baik menunjukkan temperatur tubuh yang normal. Oleh karena itu, dianggap bahwa kekurangan gizi menyebabkan gangguan pada pembentukan dan penahanan panas dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya hipotermia.
Selain daripada itu, penyakit-penyakit tertentu seperti penyakit kencing manis (diabetes melitus) mempunyai risiko enam kali lebih tinggi untuk mengalami hipotermia, juga yang dapat menyebabkan gangguan pada mekanisme pengaturan suhu pada hipotalamus di otak.
Pengaturan Suhu Tubuh
Pada pengaturan suhu tubuh, hipotalamus di otak bekerja sebagai suatu termostat, yaitu mengatur suhu tertentu dari tubuh, yang kemudian terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Pada suhu tubuh yang rendah, untuk mengatasi agar suhu tidak turun lebih rendah lagi maka terjadi mekanisme pengaturan suhu tubuh berupa tegaknya rambut-rambut pada kulit, mengecilnya pembuluh-pembuluh darah pada kulit, menggigil atau perasaan dingin yang menyebabkan orang tersebut mengenakan baju lebih tebal dengan akibat meningkatnya suhu tubuh.
Sebaliknya, pada suhu tubuh yang tinggi, maka untuk mengeluarkan sebahagian panas dari tubuh sehingga suhu tubuh menurun kembali maka pembuluh darah kulit melebar, berkeringat dan membuka baju.
Penyebab
Gangguan pengaturan suhu pada lansia berupa keterbatasan fungsi mekanisme pengaturan suhu dari hipotalamus sehubungan dengan proses menua, mengakibatkan lansia kurang mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan lansia dapat mengalami kepanasan (hipertermia) maupun kedinginan.
Secara umum, beberapa faktor yang berperan untuk terjadinya hipotermia adalah lingkungan yang dingin, gangguan pada hipotalamus yang berkaitan dengan bertambahnya usia, obat-obatan, dan penyakit-penyakit yang menyebabkan berkurangnya pembentukan panas atau meningkatnya pembuangan panas, ataupun yang mengganggu fungsi hipotalamus.
Sejumlah penyakit dan obat-obatan dapat mengganggu mekanisme pengaturan suhu tubuh, seperti pada keadaan berkurangnya kadar gula darah dibandingkan normal (hipoglikemia), penyakit-penyakit yang menyebabkan lansia tidak mampu atau sangat terbatas aktivitas fisiknya, seperti penyakit Parkinson, kelumpuhan, penyakit sendi, demensia dapat menyebabkan berkurangnya pembentukan panas yang meningkatkan risiko terjadinya hipotermia.
Meningkatnya pembuangan panas tubuh dapat terjadi pada infeksi kulit, minum alkohol, berkurangnya lapisan lemak di bawah kulit yang berfungsi sebagai penahan keluarnya panas dari tubuh.
Gejala-gejala
Gejala-gejala awal biasanya ringan dan tidak jelas, dapat berupa rasa lelah, lemah, langkah yang melambat, bicara pelo, tridak peduli lingkungan sekitarnya (apatis), kacau pikiran, menggigil, kulit yang dingin dan merasa dingin. Pada keadaan yang berat didapati infeksi paru (pneumonia) serta menurunnya tekanan darah, yang dapat menyebabkan kematian.
Pencegahan Dan Pengobatan
Pencegahan terhadap keadaan hipotermia ini lebih penting daripada pengobatannya. Lansia dengan adanya risiko untuk mengalami hipotermia hendaknya menjaga agar suhu di ruangan melebihi 20 0C dan mempunyai termometer untuk menentukan suhu ruangan tempat ia berada, yang mana mereka dapat memeriksanya setiap saat diperlukan, terutama di saat cuaca yang sangat dingin. Selain daripada itu, penderita memakai selimut tebal.
Latihan fisik yang berkala (teratur) dapat meningkatkan pembentukan panas, dan jumlah kalori dari makanan/minuman yang masuk ke dalam tubuh yang memadai harus diperhatikan. Obat-obatan yang dapat mengganggu fungsi hipotalamus di dalam tubuh harus dihindari agar pengaturan suhu tubuh dapat berjalan dengan baik.
Jika keadaan hipotermia sedang terjadi, hendaknya ini harus dianggap sebagai keadaan yang serius, dan sebaiknya lansia tersebut dirawat di rumah sakit DI ruangan intensif. Pengobatan untuk hipotermia dapat berupa pengobatan primer yaitu menghangatkan kembali tubuh dan pengobatan sekunder untuk mengatasi komplikasi yang terjadi akibat hipotermia, misalnya pneumonia dengan pemberian antibiotika dan obat-obat lainnya.
Lansia dengan hipotermia jika tubuhnya dihangatkan dengan aktif dan cepat seringkali menyebabkan keadaan lansia tersebut bertambah buruk kesehatannya, karena dapat berakibat menurunnya tekanan darah dan berkurangnya aliran darah ke otot-otot jantung. Oleh karena itu, dianjurkan pada lansia yang mengalami hipotermia penghangatan tubuhnya secara lambat.
Semua upaya harus dilaksanakan untuk mendeteksi dan mengobati setiap kelainan organ tubuh yang didapati, misalnya adanya infeksi, kadar gula darah yang rendah, berkurangnya fungsi kelenjar gondok/hipotiroidisme
Untuk lebih jelasnya, sebaiknya para lansia yang sering merasa kedinginan dapat berkonsultasi kepada kami.[ast]
Bahaya dari hipotermia ini yaitu menyebabkan meningkatnya risiko untuk mendapat penyakit dan kematian pada lansia, khususnya pada mereka yang berusia 75 tahun ke atas, yang disebut sebagai golongan lansia tua.
Dari penelitian menunjukkan bahwa lansia yang mengalami kekurangan gizi seringkali menderita hipotermia, sedangkan lansia dengan gizi yang baik menunjukkan temperatur tubuh yang normal. Oleh karena itu, dianggap bahwa kekurangan gizi menyebabkan gangguan pada pembentukan dan penahanan panas dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya hipotermia.
Selain daripada itu, penyakit-penyakit tertentu seperti penyakit kencing manis (diabetes melitus) mempunyai risiko enam kali lebih tinggi untuk mengalami hipotermia, juga yang dapat menyebabkan gangguan pada mekanisme pengaturan suhu pada hipotalamus di otak.
Pengaturan Suhu Tubuh
Pada pengaturan suhu tubuh, hipotalamus di otak bekerja sebagai suatu termostat, yaitu mengatur suhu tertentu dari tubuh, yang kemudian terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Pada suhu tubuh yang rendah, untuk mengatasi agar suhu tidak turun lebih rendah lagi maka terjadi mekanisme pengaturan suhu tubuh berupa tegaknya rambut-rambut pada kulit, mengecilnya pembuluh-pembuluh darah pada kulit, menggigil atau perasaan dingin yang menyebabkan orang tersebut mengenakan baju lebih tebal dengan akibat meningkatnya suhu tubuh.
Sebaliknya, pada suhu tubuh yang tinggi, maka untuk mengeluarkan sebahagian panas dari tubuh sehingga suhu tubuh menurun kembali maka pembuluh darah kulit melebar, berkeringat dan membuka baju.
Penyebab
Gangguan pengaturan suhu pada lansia berupa keterbatasan fungsi mekanisme pengaturan suhu dari hipotalamus sehubungan dengan proses menua, mengakibatkan lansia kurang mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan lansia dapat mengalami kepanasan (hipertermia) maupun kedinginan.
Secara umum, beberapa faktor yang berperan untuk terjadinya hipotermia adalah lingkungan yang dingin, gangguan pada hipotalamus yang berkaitan dengan bertambahnya usia, obat-obatan, dan penyakit-penyakit yang menyebabkan berkurangnya pembentukan panas atau meningkatnya pembuangan panas, ataupun yang mengganggu fungsi hipotalamus.
Sejumlah penyakit dan obat-obatan dapat mengganggu mekanisme pengaturan suhu tubuh, seperti pada keadaan berkurangnya kadar gula darah dibandingkan normal (hipoglikemia), penyakit-penyakit yang menyebabkan lansia tidak mampu atau sangat terbatas aktivitas fisiknya, seperti penyakit Parkinson, kelumpuhan, penyakit sendi, demensia dapat menyebabkan berkurangnya pembentukan panas yang meningkatkan risiko terjadinya hipotermia.
Meningkatnya pembuangan panas tubuh dapat terjadi pada infeksi kulit, minum alkohol, berkurangnya lapisan lemak di bawah kulit yang berfungsi sebagai penahan keluarnya panas dari tubuh.
Gejala-gejala
Gejala-gejala awal biasanya ringan dan tidak jelas, dapat berupa rasa lelah, lemah, langkah yang melambat, bicara pelo, tridak peduli lingkungan sekitarnya (apatis), kacau pikiran, menggigil, kulit yang dingin dan merasa dingin. Pada keadaan yang berat didapati infeksi paru (pneumonia) serta menurunnya tekanan darah, yang dapat menyebabkan kematian.
Pencegahan Dan Pengobatan
Pencegahan terhadap keadaan hipotermia ini lebih penting daripada pengobatannya. Lansia dengan adanya risiko untuk mengalami hipotermia hendaknya menjaga agar suhu di ruangan melebihi 20 0C dan mempunyai termometer untuk menentukan suhu ruangan tempat ia berada, yang mana mereka dapat memeriksanya setiap saat diperlukan, terutama di saat cuaca yang sangat dingin. Selain daripada itu, penderita memakai selimut tebal.
Latihan fisik yang berkala (teratur) dapat meningkatkan pembentukan panas, dan jumlah kalori dari makanan/minuman yang masuk ke dalam tubuh yang memadai harus diperhatikan. Obat-obatan yang dapat mengganggu fungsi hipotalamus di dalam tubuh harus dihindari agar pengaturan suhu tubuh dapat berjalan dengan baik.
Jika keadaan hipotermia sedang terjadi, hendaknya ini harus dianggap sebagai keadaan yang serius, dan sebaiknya lansia tersebut dirawat di rumah sakit DI ruangan intensif. Pengobatan untuk hipotermia dapat berupa pengobatan primer yaitu menghangatkan kembali tubuh dan pengobatan sekunder untuk mengatasi komplikasi yang terjadi akibat hipotermia, misalnya pneumonia dengan pemberian antibiotika dan obat-obat lainnya.
Lansia dengan hipotermia jika tubuhnya dihangatkan dengan aktif dan cepat seringkali menyebabkan keadaan lansia tersebut bertambah buruk kesehatannya, karena dapat berakibat menurunnya tekanan darah dan berkurangnya aliran darah ke otot-otot jantung. Oleh karena itu, dianjurkan pada lansia yang mengalami hipotermia penghangatan tubuhnya secara lambat.
Semua upaya harus dilaksanakan untuk mendeteksi dan mengobati setiap kelainan organ tubuh yang didapati, misalnya adanya infeksi, kadar gula darah yang rendah, berkurangnya fungsi kelenjar gondok/hipotiroidisme
Untuk lebih jelasnya, sebaiknya para lansia yang sering merasa kedinginan dapat berkonsultasi kepada kami.[ast]
Mengapa Lansia Sering Merasa Kedinginan?
4/
5
Oleh
rasarab