Rabu, 19 Desember 2012

Cara Keliru Mengatasi Galau


Ketika kita sedang galau, masing-masing dari kita memiliki cara masing-masing untuk mengatasi kegalauan. Ntah cara itu didapat dari ajaran agama, ahli psikolog, televisi, orang tua, teman, majalah, buku, artikel, dan lainnya. Sekarang, izinkan saya menyampaikan sesuatu demi kebaikan kita bersama. Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada pengajar penghilang galau, sebetulnya ada beberapa cara menghilangkan galau yang keliru. Bahkan cara-cara tersebut beracun!

Telah terbukti, tidak perlu saya sebut siapa orangnya, ketika ada seorang Galauers telah mempelajari cara-cara tersebut, kemudian mereka mempraktekkannya. Lalu mereka mengaku, bahwa kegalauannya tidak bisa hilang. Bahkan muncul lagi. Bahkan bertambah parah. Kejadian ini benar-benar mengambil perhatian saya. Soalnya terlampau banyak, mungkin saja Anda termasuk. Menurut saya, ini adalah hal yang sangat wajib untuk kita diskusikan. Terus, apa-apa sajakah cara yang keliru itu? Adapun cara-cara keliru tersebut adalah:
  • Mendengar musik
  • Bermain musik
  • Menonton TV
  • Bermain game
  • Jalan-jalan
  • Makan-makan
  • Berteriak
  • Curhat kepada teman (yang ini relatif)
  • dan sebagainya.

Lho? Kenapa cara-cara tersebut keliru? Padahal kan jelas-jelas cara-cara tersebut mengenakkan? Iyah. Sebelumnya, kita kembali kedefisini galau dulu. Pada tulisan saya yang sebelumnya -Cara Jitu Menghilangkan Rasa Galau-, definisi dari galau yang kita bahas disini adalah sebuah kondisi dimana seseorang sedang dalam masalah yang membuatnya gelisah, dan dia cenderung sendirian serta sedih karena tidak bisa menerima kejadian masa lalu juga tidak jelasnya masa depannya. Plus, biasanya keadaan ini terjadi pada anak muda. Dan galau ini merupakan hal yang sangat wajar terjadi pada para anak muda. Betul, sangat wajar pada anak muda. Yang tidak wajarnya adalah, pertama, galau yang lamaaaaa sekali. Kedua galau yang sebabnya itu-itu saja. Singkatnya, galau itu adalah tanda bahwa seseorang sedang tumbuh agar menjadi dewasa. Jadi, tolong garisbawahi kalimat berikut ini, bila seseorang galau, kemudian dia tidak galau lagi karena suatu hal, dia perlu memegang erat suatu hal itu, dan silahkan tumbuhlah menjadi dewasa.

Baiklah, saatnya kita bahas. Alasan beberapa orang yang galau hendak melakoni cara-cara di atas adalah karena mereka bilang mereka tidak boleh membiarkan diri mereka terperangkap dalam perasaan kecewa, perih, gusar dll itu. Terus katanya, lebih baik mereka mencari kesenangan untuk bersenang-senang, lalu, mudah-mudahan dengan bersenang-senang itu mereka akan lupa dengan masalahnya. Saya rasa mereka ini tidak salah juga, niatnya bagus juga kok.

Namun, begini. Kalau mayoritas dari kita seperti itu, tidak heran mayoritas dari kita tidak pernah berhasil menyelesaikan 100% masalahnya. Dalam bahasa kita sehari-hari, sikap ini disebut juga dengan "kabur dari masalah". Mereka membuang muka dari masalah, kemudian menghadap ke musik-musik, acara televisi, game, jalan-jalan, dan 'mainan' lainnya. Lalu, ketika 'mainan' itu sudah tidak ada, sudah malam, sudah sepi, sendirian lagi, mereka teringat masalahnya lagi, lalu mereka kembali bersedih lagi, galau lagi. Ayo jujur, apakah Anda begitu? Saya pun begitu dulu.

Maka dari itu, jangan memanfaatkan yang enak-enak, yang ribut-ribut, yang meriah-meriah, yang heboh-heboh, dan kesenangan sementara lainnya untuk menyelesaikan masalah yang bisa kekal selamanya. Segalau apapun kita, hal terbaik yang harus kita lakukan adalah menghadapi kegalauan itu! Jangan lupa, “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya..." (QS. Al Baqarah : 287). Baiklah, sekarang, agar lebih menjelit, kita akan memperhatikan beberapa pengalaman galauers soal ini.


Galau di Malam Hari
Pernah ada seseorang yang sedang galau berkonsultasi dengan saya, kemudian saya menyarankannya untuk melakukan beberapa hal. Saya tidak tahu apakah dia benar-benar melakoninya atau tidak. Kemudian, dia bilang kalau besok dia akan pergi ke luar kota, ke tempat saudaranya, dimana nantinya dia akan pergi jalan-jalan. Saya memperhatikan dia, dia senang sekali karena akan jalan-jalan bersama saudara-saudaranya. Lalu, pada hari yang direncanakan telah dilaksanakan, saya melihat beberapa update kiriman dari dirinya di Beranda Facebook saya. Kelihatannya dia betul-betul bahagia banget. Saya turut senang dia yang tadinya teramat galau kini menjadi teramat senang setelah jalan-jalan. 

Disinilah hal yang disayangkannya, ketika malam hari tiba, dia menghubungi saya lagi. Dia bilang, dia lagi galau, kali ini galaunya benar-benar bukan main. Lantas saya heran, "Lho? Kan tadi sudah asyik pergi jalan-jalan? Kelihatannya senang banget. Kok jadi sedih lagi sih?" Terus dia jawab, "Memang sih, tadi jalan-jalannya enak. Tapi enaknya cuman sementara. Masalah yang kemarin nggak selesai juga."

Lihat? Lagi. Ada juga orang yang 'mainan' sementaranya berupa berteriak-teriak, kebut-kebutan ketika berkendara, macam-macam deh. Lagi. Saya pernah memperhatikan, seseorang yang sedang membaca artikel yang kurang lebih membahas soal cara menghilangkan galau. Dan apa yang disebutkan di artikel itu adalah 'mainan' sementara yang kita bahas tadi. Apakah komentar mereka? Ini dia: (penulisan hurufnya telah saya perbaiki)
  • Sudah dilakukan semua, tapi tetap aja.
  • Kok masih tetap galau sih.
  • Apakah dengan cara itu kita bisa menghilangkan galau untuk selamanya?! Gimana caranya agar kita tidak terus-terusan menggalau?!
  • galauuuu.
  • Dan lain sebagainya. (Bila Anda tidak percaya, Anda boleh cari sendiri media dan orang yang mengomentari media itu, lalu tanya langsung apakah cara-cara itu telah membaikkan dirinya? Cara yang paling sederhana, silahkan buka Google.)

Memang, beberapa 'mainan' sementara juga cukup bermanfaat untuk kita lakoni pada detik-detik sebelum kita move on untuk mengatasi kegalauan kita. Iyah, cukup bermanfaat. Yang tidak bermanfaatnya, bila ketika kita hanya melakoni 'mainan' sementara tersebut, kemudian tidak melakukan apa-apa setelah itu. Ini ibarat menghias telur secantik mungkin, namun telurnya dibiarkan terlantar dan tidak dimanfaatkan sama sekali.

Jika Anda masih ingat dengan tulisan saya yang sebelumnya, anak muda yang seperti ini akan tumbuh menjadi orang tua, namun tidak tumbuh menjadi dewasa. Begitulah, tua tapi tidak dewasa. Karena banyak orang dewasa yang sepakat, bahwa, mereka dikatakan dewasa karena mereka telah berhasil mengatasi berbagai macam masalah. Itu sebabnya, jika ada satu masalah datang, akan datang lebih dari satu respon terhadap masalah itu. Beberapa diantaranya adalah respon anak muda dengan respon orang tua. Jelas, kedua respon itu berbeda.

Terakhir, jadi, bagaimana cara yang benar untuk mengatasi kegalauan? Rasa-rasanya saya tidak perlu menuliskannya lagi disini, jika Anda serius, silahkan baca artikel Cara Jitu Menghilangkan Rasa Galau. Sebab jurus-jurus terjitu untuk mengatasi galau berada disana.

Jadi kesimpulannya:
Ingat, galau adalah kesempatan dimana Anda akan tumbuh menjadi dewasa. Sikapilah seindah-indahnya demi kedewasaan yang terindah.
Sebaik-baiknya masalah itu dihadapi, bila merasa lelah, beristirahatlah, namun jangan pernah lupa untuk mengatasi kegalauan-kegalauan yang ada.
Jangan pernah kabur dari masalah, jika Anda kabur dari masalah, Anda akan tumbuh menjadi orang tua, namun tidak tumbuh menjadi orang dewasa. Sebab masalah adalah pintu gerbang menuju kedewasaan. Dan kunci untuk melewai pintu gerbang itu adalah pikiran dan sikap baru yang membuat kita berubah menjadi lebih baik.
Bila Anda galau, kemudian Anda tidak galau lagi karena suatu hal, Anda perlu memegang erat suatu hal itu, dan silahkan tumbuhlah menjadi dewasa.
Bacalah artikel  Cara Jitu Menghilangkan Rasa Galau. Sebab jurus-jurus terjitu berada disana.

www.danisiregar.com

Related Posts

Cara Keliru Mengatasi Galau
4/ 5
Oleh