Sebagai salah satu orang yang dipercaya Bung Karno , Edhi Sunarso secara pribadi begitu dekat dengan presiden pertama Indonesia tersebut. Beberapa pekerjaan yang dipasrahkan pada Edi oleh Bung Karno membuat keduanya begitu akrab.
Dalam beberapa kesempatan Edi kerap berdiskusi dengan Bung Karno tentang proyek yang digarapnya. Salah satunya ketika menggarap Patung Dirgantara, kini sangat dikenal sebagai Tugu Pancoran. Edhi Sunarsodikenal dekat dengan Bung Karno . Dialah pematung kesayangan Bung Karno selain nama seperti Trubus. Berikut ini kisah kedekatan Edhi Sunarso dengan Bung Karno yang dirangkum merdeka.com. Kini, Edhi Sunarso terbaring lemah di rumahnya Jl Kaliurang karena serangan stroke.
1.
Edhi berani koreksi ide Bung Karno
Saat membuat Tugu Pancoran, Edhi mengusulkan pada Bung Karno agar patung yang direncanakan berbentuk manusia yang memegang pesawat di tangan kanannya diubah. "Pak, dengan pesawat di tangan kok terlihat seperti mainan," sanggah Edi pada usul Bung Karno. "Saya usulkan kalau di tangan kanannya itu tidak usah ada pesawat. Cukup dengan gerak tubuh manusia, didukung gerak selendang yang diterpa angin serta landasan yang memiliki dinamika condong sebagai gambaran kepulan asap, kiranya gerak itu sudah diwakili oleh gerak tubuh manusia," lanjutnya dikutip dari otobiografinya.
Sebelumnya Edhii juga pernah mengoreksi pembuatan patung Selamat Datang yang dinilainya ukurannya terlalu besar. Bung Karno dengan bijak menerima usulan Edhi dan memintanya untuk segera membuat baru dalam ukuran yang lebih kecil.
Dalam beberapa pengerjaan proyek, Edi mengaku ide-ide banyak disampaikan oleh Bung Karno, sementara dia mengeksekusi ide Bung Karno. "Ide itu Bung Karno yang punya, dari Tugu Selamat Datang, Pembebasan Irian Barat dan Pancoran itu ide Bung Karno. Bahkan sempat ada ide membuat patung empat ekor gajah di Jembatan Ampera, banteng dan yang lainnya," ujar pria yang kini tengah membangun museum dan galeri untuk karya-karyanya di Jl Magelang.
Sebelumnya Edhii juga pernah mengoreksi pembuatan patung Selamat Datang yang dinilainya ukurannya terlalu besar. Bung Karno dengan bijak menerima usulan Edhi dan memintanya untuk segera membuat baru dalam ukuran yang lebih kecil.
Dalam beberapa pengerjaan proyek, Edi mengaku ide-ide banyak disampaikan oleh Bung Karno, sementara dia mengeksekusi ide Bung Karno. "Ide itu Bung Karno yang punya, dari Tugu Selamat Datang, Pembebasan Irian Barat dan Pancoran itu ide Bung Karno. Bahkan sempat ada ide membuat patung empat ekor gajah di Jembatan Ampera, banteng dan yang lainnya," ujar pria yang kini tengah membangun museum dan galeri untuk karya-karyanya di Jl Magelang.
2.
Rumah Edhi disumbang uang Bung Karno
Kedekatan Edhi dengan Bung Karno juga terlihat dari beberapa kali Bung Karno memberikan uang untuk memperlancar pengerjaan proyek-proyeknya. Bahkan secara pribadi Bung Karno memberikan uang sebesar Rp 500 untuk merampungkan rumah Edhi yang pada saat itu tengah dibangun. Uang itu tentu bernilai pada saat patung dibangun awal 1960-an.
"Saat itu saya sedang membangun rumah, Bung Karno datang ke Yogyakarta untuk meninjau Patung Selamat Datang, saat lihat rumah saya yang belum jadi, Bung Karno langsung memberi uang untuk membuat lantai rumah yang waktu itu masih tanah," terang Edhi.
Kedekatan Edhi dengan Bung Karno juga terlihat dari beberapa kali Bung Karno memberikan uang untuk memperlancar pengerjaan proyek-proyeknya. Bahkan secara pribadi Bung Karno memberikan uang sebesar Rp 500 untuk merampungkan rumah Edhi yang pada saat itu tengah dibangun. Uang itu tentu bernilai pada saat patung dibangun awal 1960-an.
"Saat itu saya sedang membangun rumah, Bung Karno datang ke Yogyakarta untuk meninjau Patung Selamat Datang, saat lihat rumah saya yang belum jadi, Bung Karno langsung memberi uang untuk membuat lantai rumah yang waktu itu masih tanah," terang Edhi.
3.
3. Penggarap diorama pertama di Indonesia berkat Bung Karno
Selain dikenal sebagai pematung, Edhi Sunarsojuga dikenal sebagai orang Indonesia pertama yang membuat diorama. Perkenalan Edhi dengan diorama sebagai sebuah karya seni dimulai ketika Edi kembali dipercaya Bung Karno untuk terlibat dalam tim pembangunan Monas. Sama seperti saat pertama kali dipercaya Bung Karno untuk mengerjakan patung perunggu yang belum pernah dikerjakannya, Edhi juga kembali dipercaya Bung Karno mengerjakan diorama yang sama sekali asing bagi Edhi.
"Saya itu belum pernah lihat diorama," ujar Edhi. Edhi menceritakan, pada pertengahan tahun 1963, ia diminta Bung karno datang ke Jakarta, sampai di sana ia datang ke rapat panitia pembangunan Monas. Ia diminta Bung Karno duduk di sebelahnya dan Bung Karno mulai menjelaskan maksudnya memanggil Edhi.
"Saudara Edhi sini, duduk dekat saya. Di, kamu ditunjuk tim sejarawan untuk melaksanakan diorama sejarah, ujar Bung Karno. Mendengar ucapan Bung Karno, Edhi terkejut karena belum pernah mengerjakan diorama. "Pak mohon maaf sebelumnya, sayakan tidak pernah belajar diorama dan tidak ikut serta dalam tim studi banding ke luar negeri. Dan sungguh-sungguh saya belum pernah melihat diorama," jawab Edhi.
Mendengar jawaban Edhi, Bung Karno marah. Lalu berkata pada Edi "kau senang kalau diorama sejarah bangsamu dikerjakan oleh orang asing seperti Madame Tussaunds?" Sontak Edi kaget mendengar reaksi Bung Karno. Ia pun menjawab "Pak, apa mungkin sejarah bangsa Indonesia dikerjakan pelaksana-pelaksana dari negara lain?"
"Nah! Kowe kan ngerti. Aku tahu pasti kamu bisa. Ini bukan untuk saya dan bapak-bapak sejarawan di sini, tapi untuk bangsa, untuk generasi nanti. Piye? Sanggup? Mestine tidak ada alasan untuk tidak menyanggupi," tegas Bung Karno memberi semangat pada Edhi.
Perkataan Bung Karno tersebut membuatnya terbakar. Edhi pun menyanggupi permintaan Bung Karno. "Waktu itu saya langsung pulang ke Yogyakarta untuk belajar diorama pasa beberapa orang yang sudah pernah belajar diluar negeri," kenang Edhi.
"Saya itu belum pernah lihat diorama," ujar Edhi. Edhi menceritakan, pada pertengahan tahun 1963, ia diminta Bung karno datang ke Jakarta, sampai di sana ia datang ke rapat panitia pembangunan Monas. Ia diminta Bung Karno duduk di sebelahnya dan Bung Karno mulai menjelaskan maksudnya memanggil Edhi.
"Saudara Edhi sini, duduk dekat saya. Di, kamu ditunjuk tim sejarawan untuk melaksanakan diorama sejarah, ujar Bung Karno. Mendengar ucapan Bung Karno, Edhi terkejut karena belum pernah mengerjakan diorama. "Pak mohon maaf sebelumnya, sayakan tidak pernah belajar diorama dan tidak ikut serta dalam tim studi banding ke luar negeri. Dan sungguh-sungguh saya belum pernah melihat diorama," jawab Edhi.
Mendengar jawaban Edhi, Bung Karno marah. Lalu berkata pada Edi "kau senang kalau diorama sejarah bangsamu dikerjakan oleh orang asing seperti Madame Tussaunds?" Sontak Edi kaget mendengar reaksi Bung Karno. Ia pun menjawab "Pak, apa mungkin sejarah bangsa Indonesia dikerjakan pelaksana-pelaksana dari negara lain?"
"Nah! Kowe kan ngerti. Aku tahu pasti kamu bisa. Ini bukan untuk saya dan bapak-bapak sejarawan di sini, tapi untuk bangsa, untuk generasi nanti. Piye? Sanggup? Mestine tidak ada alasan untuk tidak menyanggupi," tegas Bung Karno memberi semangat pada Edhi.
Perkataan Bung Karno tersebut membuatnya terbakar. Edhi pun menyanggupi permintaan Bung Karno. "Waktu itu saya langsung pulang ke Yogyakarta untuk belajar diorama pasa beberapa orang yang sudah pernah belajar diluar negeri," kenang Edhi.
4.
Setia pada wejangan Bung Karno
Menurut Edhi, membuat diorama bukan bukan pekerjaan seni seperti membuat patung. Namun lebih detail lagi, diperlukan kerja kolektif. Karena perlu disesuaikan dengan penelitian sejarah dan membuat sketsa detail hingga pembuatan boneka dan miniatur tokoh. "Sebenarnya jika bukan karena ditantang Bung Karno, pekerjaan membuat diorama membosankan, karena kehilangan ekspresi. Sangat bertolak belakang dengan kebebasan mencipta dan kebebasan mematung secara pribadi," ujar Edhi.
Sejak dipercaya membuat diorama di monas, Edi kembali dipercaya untuk mengerjakan diorama. Pada tahun 1970 ia mengerjakan pembuatan diorama sejarah terbentuknya Tentara Nasional Indonesia. Selain sejarah TNI, Edhi juga membuat diorama di museum benteng vreideburg dan Serangan Oemoem 1 maret yang banyak menceritakan pendudukan Belanda di Yogyakarta.
" Bung Karno membuat saya menyadari bahwa mengerjakan diorama sejarah menjadi salah satu bagian kehidupan saya, seperti yang diamanatkan Bung Karno, sejak 1964 saya tidak bisa menghindari pekerjaan yang sesungguhnya sangat membosankan dan menyita banyak waktu," ujar Edi.
Hingga usia yang sudah uzur kini, Edhi tetap setia pada wejangan Bung Karno padanya. "Aku merasa menjadi manusia biasa yang berbahagia, karena pernah berperan serta dalam revolusi fisik, berperan dalam menandai pertumbuhan republik Indonesia, atas peran dan dorongan Bung Karno, seorang presiden yang karismatik, melalui sejumlah karya seni monumen di sejumlah tempat di Jakarta atau di Indonesia, tandas Edhi dikutip dari biografinya Meniti Jalan Pembebasan.
Sejak dipercaya membuat diorama di monas, Edi kembali dipercaya untuk mengerjakan diorama. Pada tahun 1970 ia mengerjakan pembuatan diorama sejarah terbentuknya Tentara Nasional Indonesia. Selain sejarah TNI, Edhi juga membuat diorama di museum benteng vreideburg dan Serangan Oemoem 1 maret yang banyak menceritakan pendudukan Belanda di Yogyakarta.
" Bung Karno membuat saya menyadari bahwa mengerjakan diorama sejarah menjadi salah satu bagian kehidupan saya, seperti yang diamanatkan Bung Karno, sejak 1964 saya tidak bisa menghindari pekerjaan yang sesungguhnya sangat membosankan dan menyita banyak waktu," ujar Edi.
Hingga usia yang sudah uzur kini, Edhi tetap setia pada wejangan Bung Karno padanya. "Aku merasa menjadi manusia biasa yang berbahagia, karena pernah berperan serta dalam revolusi fisik, berperan dalam menandai pertumbuhan republik Indonesia, atas peran dan dorongan Bung Karno, seorang presiden yang karismatik, melalui sejumlah karya seni monumen di sejumlah tempat di Jakarta atau di Indonesia, tandas Edhi dikutip dari biografinya Meniti Jalan Pembebasan.
sumber : Merdeka
Edhi Sunarso Pematung Tugu Pancoran, seniman dekat dan kesayangan Bung Karno
4/
5
Oleh
rasarab