Rabu, 17 Juli 2013

Ramadhan Ceria Tanpa Maksiat

Tepat saat kamu membaca buletin gaulislam edisi kali ini, Ramadhan kamu pas udah di tengah-tengah. Betul apa bener? Ramadhan udah separuh? jalan, itu artinya separuh langkah lagi bakal menjumpai Idul Fitri (dalam bahasa pasaran di sini disebut lebaran). Gimana perasaan kamu menjelang lebaran yang itu artinya mengakhiri Ramadhan? Pasti nano-nano kali yah, ada senengnya, ada sedihnya ada harap-harap cemas alias H2C. Kok bisa?

Seneng karena lebaran adalah momen kemenangan dari menahan hawa nafsu selama sebulan penuh. Siapa juga yang nggak senang bila ia meraih kemenangan, tul kan? Sedih karena meninggalkan bulan Ramadhan yang penuh berkah dan ampunan dari Allah Swt. H2C alias harap-harap cemas karena kita nggak bakal tahu seberapa panjang umur kita sehingga bisa menjumpai Ramadhan tahun depan. Nah, mumpung masih suasana Ramadhan, semangat ini kudu kamu jaga hingga akhir nanti bahkan selama 11 bulan berikutnya dong ya. Jangan cuma taat dan insaf ketika Ramadhan aja, tapi kemudian malah balik lagi berbuat maksiat ketika di bulan lain. Naudzubillah banget deh!

Fenomena bunglon

Kamu tahu binatang bunglon? Itu tuh, yang kulitnya suka berubah-ubah warnanya tergantung di mana ia hidup. Kalo pas ia ada di tanah, warna kulitnya jadi coklat kehitaman kayak tanah. Kalo pas di deket daun, warna kulitnya jadi ikutan hijau kayak daun. Pokoknya ?plin-plan’ gitu deh, tergantung situasi dan kondisi. Wajar aja sih, namanya juga hewan.

Tapi jangan salah, banyak banget manusia saat ini yang demen ikutan jejak si bunglon. Ketika Ramadhan menjelang, banyak cewek jadi pake kerudung. Apalagi dengan booming-nya film Ayat-Ayat Cinta dan wajah cantik Rianti Cartwright yang pake cadar (beberapa tahun lalu), banyak banget cewek jadi ikut-ikutan. Tapi karena Mbak Rianti sendiri pake kerudung dan cadar pas cuma main film, maka banyak cewek juga ikut-ikutan pake kerudung dan menutup aurat secara bongkar pasang alias nggak konsisten. Momen Ramadhan pun menjadi waktu yang pas buat tampil dengan penampilan baru full ? kerudung Humairah’ yang lagi tren kayak di sinetron.

Nggak ada yang salah sih dengan tren ?kerudung Humairah’, cuma jadi salah kalo berkerudungnya muslimah bukan karena kesadaran tapi cuma ikut-ikutan aja. Bintang pujaan pake kerudung, dia ikutan. Besoknya bintang pujaan lepas kerudung, eh…dia ikutan juga. Gawat kan?

Itu dari segi busana, belum lagi dari segi perilaku dan akhlak. Baju boleh berjilbab bagi yang cewek, berpeci dan berbaju koko bagi yang cowok. Sah-sah aja kok dengan itu semua. Tapi jadi aneh ketika cewek berjilbab dan cowok berpeci jalan berduaan padahal mereka non mahrom dan jelas bukan suami istri. Di sinilah yang namanya kebajikan dan kebatilan dicampur aduk nggak karuan dengan takaran suka-suka. Kalo es campur sih emang segar. Lha kalo ini, air susu dicampur air comberan, emang kamu mau meminumnya? Ih…nggak banget deh.

Fenomena inilah yang saat ini berusaha ditawarkan oleh sinetron bunglon yang pastinya juga dihuni oleh para seleb bunglon juga. Gaul bebas tapi dengan bungkus Islam biar laku dijual. Apalagi yang jadi produsernya kebanyakan bukan muslim. Sudah pasti pertimbangan sesuai or nggaknya dengan hukum Islam nggak jadi soal. Yang penting gimana produknya laku dan banyak yang pasang iklan. Ujung-ujungnya duit juga. Khas kapitalis banget, Non!

Kenapa terjadi?

Tidak lain dan tidak bukan, itu semua terjadi karena dangkalnya pemahaman umat Islam terhadap Islam itu sendiri. Islam dianggap sebagai ibadah ritual semata yang muncul cuma di bulan Ramadhan. Maka tak heran banyak orang jadi kelihatan islami ketika bulan Ramadhan tiba. Tayangan-tayangan TV juga jadi ikut islami meski kesannya terpaksa, gitu. Gimana nggak kalo tema yang diangkat nggak beda jauh dengan sinetron umumnya yaitu seputar pacar, harta dan dendam. Bedanya para pemainnya pada pake kerudung, pake nama islami dan istilah yang dipake juga yang berbau Islam semacam ta’aruf.

Selain karena lemahnya pemahaman Islam di tubuh kaum muslimin, merasuknya paham materialisme sudah begitu membudaya di kalangan masyarakat kita. Agama pun menjadi komoditi dagangan selama bisa menghasilkan uang. Tak masalah menutup aurat meskipun gerah dan panas asal tawaran job makin membanjir. Mereka takut dosa nggak sih? Walllahu’alam itu mah. Tapi yang pasti kalo emang takut dosa mereka udah ninggalin dunia entertainment itu. Kamu bisa nilai sendiri deh. So, jadinya banyak kita saksikan para selebritis yang berkerudung tapi juga aktif pacaran, menutup aurat tapi mainnya ke diskotik. Tak heran, bila generasi STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan) jadi membudaya di tengah masyarakat terutama remaja kita.

Baju muslim dan muslimah hanya dijadikan pilihan mode saja tanpa ada kesadaran penuh tentang syariat Islam. Memang sih, pilihan baju seseorang tidak lantas menunjukkan kualitas takwanya. Tapi seharusnya penampilan luar itu merupakan salah satu indikasi tentang ketaatan manusia kepada Sang Khalik. Jadi tak peduli bulan Ramadhan atau bulan lainnya, menutup aurat sesuai syariat tetap wajib. Akhlak yang baik dan terpuji juga kudu itu. Nggak ada tuh yang namanya pemisahan antara agama dengan kehidupan alias sekulerisme. Islam adalah satu kesatuan yang utuh dalam membentuk pribadi muslim, bukan pribadi bunglon.

Jangan mau jadi bunglon!

Bagi kamu yang merasa diri sebagai manusia, jangan mau disamakan dengan bunglon. Kamu kudu punya jati diri yang jelas. Dalam hal ini, jati dirimu Islam saja. Dengan standar Islam kamu berpakaian. Dengan standard Islam, kamu berbuat dan berakhlak. Semua kamu lakukan dengan penuh kesadaran, bukan cuma bisa ikut-ikutan aja.

Ramadhan bagi kamu yang merasa menjadi manusia utuh, bukan tipe bunglon adalah ajang untuk menempa diri agar menjadi manusia bertakwa. Bila kamu yang sebelumnya masih belum menutup aurat dengan sempurna, sholat masih bolong-bolong, masih suka nyontek pas ulangan, masih suka bengal terhadap guru dan orang tua, maka inilah saat yang tepat untuk berbenah diri. Keinsafan yang kamu lakukan itu serius, dengan sebenarnya. Bukan cap tomat alias sekarang pas Ramadhan tobat eh…selepas Ramadhan kumat lagi. Semoga kamu bukan tipe seperti ini ya.

Ramadhan itu hadir sebagai ajang untuk menempa kamu menjadi manusia bertakwa. Allah Swt. berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS al-Baqarah [2]: 183)

Nah, ciri-ciri orang bertakwa itu menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Ketika kamu diperintahkan berpuasa, maka kamu kudu puasa biarpun nggak ada yang melihat. Jangan sampai berangkat dari rumah puasa karena malamnya ikutan makan sahur, eh…sampai sekolah mojok di kantin minum es teh. Terus, sorenya pura-pura lagi ikut berbuka bersama keluarga. Aduh..semoga kamu bukan tipe bunglon yang ini ya. Karena meskipun sepertinya nggak ada yang tahu perbuatanmu, tapi Allah Maha Mengetahui. Tak ada satu jengkal pun di bumi ini yang bisa sembunyi dari penglihatanNya.

Mungkin kamu bisa menipu mata manusia dengan bertingkah seperti bunglon. Tapi kamu nggak akan pernah bisa menipu Allah dan yang terutama dirimu sendiri. Nggak asyik banget jadi manusia yang nggak punya prinsip. Nggak keren jadi remaja plin-plan itu, lho. Sebaliknya, yang asyik dan keren itu adalah jadi remaja yang mampu berteriak ?gue tahu apa yang gue mau’. Maksudnya teriakan itu nggak usah kamu ucapkan kenceng-kenceng, entar malah keselek lho. Teriakan itu cukup tercermin dari sikapmu yang menjalankan syariat Islam tanpa perlu harus plin-plan. Jati dirimu sebagai seorang muslim dan muslimah jelas, nggak lagi kabur.

Oke deh, yang jelas kamu sekarang udah pada ngeh kalo Ramadhan itu bulan penempaan diri untuk mencapai derajat muttaqin. Ramadhan bukan bulan taat sementara tapi teus balik maksiat lagi sesudahnya, naudzhubillah. Oya, supaya Ramadhan kamu jadi lebih oke, nih ada langkah-langkah jitu buat kamu.

Tips dan triks di bulan Ramadhan

Di bawah ini ada langkah-langkah yang kayaknya pas banget buat kamu supaya Ramadhan kamu jadi lebih ceria dan bermakna.

Pertama, berpuasa kudu ikhlas, dong. Maksudnya kamu kudu bener-bener niat untuk menjalankan puasa sebulan penuh tanpa ada niatan untuk batal kecuali bila sakit atau ada halangan yang syar’i. Bakal rugi banget kalo sampai kamu batal puasa karena tergoda teman minum es campur, misalnya. Selain dosa besar, nilai dan pahala puasa di bulan Ramadhan tidak akan mungkin bisa diganti dengan puasa di hari lain sebanyak apa pun juga. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa tidak puasa pada bulan Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhsoh atau sakit, hal itu (merupakan dosa besar) yang tidak bisa ditebus bahkan seandainya ia berpuasa selama hidupnya” (HR. at-Tirmidzi)

Kedua, tetap beraktivitas seperti biasa. Jangan karena alasan berpuasa, kamu jadi bermalas-malasan untuk melakukan sesuatu. Belajar, membantu orang tua, berangkat ngaji dll itu kudu tetap harus dilakukan. Benar sih, tidurnya orang berpuasa itu memang berpahala, tapi beraktivitasnya orang berpuasa itu jauh lebih berpahala daripada cuma tiduran mulu. Jadi tak ada alasan lagi bagi kamu untuk merasa lemas dan malas ya. Inget lho. Ok?

Ketiga, perbanyak amal kebajikan semisal membaca al-Quran, ibadah sunah dan bersedekah. Sebab, setiap perbuatan baik di bulan Ramadhan itu dilipatgandakan ganjarannya. Rugi banget kan kalo kamu beribadah sekedarnya saja? Sholat tarawih jangan lupa dikerjakan supaya ibadah puasamu lebih afdhol. Ketika berangkat ke masjid atau musholla, niatkan mencari pahala dan ridho Allah saja. Nggak usah lirik-lirikan mencari gebetan dengan cuci mata. Ingat, ini bulan Ramadhan loh. Di bulan lain aja nggak boleh jelalatan, apalagi di bulan Ramadhan. Tul nggak sih?

Keempat, menjauhi hal-hal yang sia-sia dan tak berguna. Bergunjing, ngerumpi, ngegosip dan teman-temannya itu kudu dijauhi daripada nilai puasamu jadi ternoda karena perbuatan tersebut. Mending waktu yang ada digunakan untuk belajar bersama, tilawah bareng, atau ikut pengajian rame-rame. Dijamin Ramadhan kamu jadi indah dan bermakna karena bukan musuh yang dicari tapi persahabatan dan persaudaraan sejati.

Moga sedikit tips di atas bisa membantu kamu untuk melalui Ramadhan ini dengan penuh ketakwaan. Nggak ada jaminan dari siapa pun kalo kamu masih bisa berjumpa lagi dengan Ramadhan tahun depan. So, jangan sia-siakan Ramadhan kali ini dengan beribadah secara asal aja. Maksimalkan amalmu dengan hal-hal positif untuk menabung pahala buat bekal di akhirat nanti. Ingat, pahala berlipat-ganda menanti kita lho di bulan mulia ini. Jadi, ayo berlomba-lomba dalam kebaikan dengan garis finish di surgaNya kelak, insya Allah. 
[ria: riafariana@yahoo.com]

gaulislam.com

Related Posts

Ramadhan Ceria Tanpa Maksiat
4/ 5
Oleh