Senin, 13 Oktober 2014

9 Jomblowati Paling Berpengaruh Sepanjang Masa

9. Park Geun-hye (1952-...)
 Park Geun-hye adalah Presiden Korea ke-18 (saat ini) yang lahir di Daegu, Korsel pada 2 Februari 1952. Geun-hye adalah anak dari Park Chung-hee, tokoh diktator Korsel yang membawa negaranya menjadi macan Asia.

Saat ini mungkin belum terlalu berpengaruh besar, hanya sekitar Asia Timur saja. Selanjutnya kita harap beliau bisa merealisasikan Unifikasi Korea, meskipun sulit. Jangan kalah dengan Jerman, Vietnam, dan Yaman... dang shin eun hal so isseoooo!!! Kabar terbaru Jong Un menghilang? Mungkinkah ada kudeta hati yang makin memuluskan langkah unifikasi?

8. Jane Austen (1775-1817)

Jane Austen adalah seorang penulis tersohor Inggris yang lahir di Steventon, Inggris pada 16 Desember 1775. Jane adalah anak bungsu dari pasangan George dan Cassandra Austen. Ayahnya adalah seorang rektor Universitas Steventon yang mendidik Jane dengan keras agar berhasil masuk Oxford atau Cambridge.

Jane memilih untuk tidak menikah tanpa alasan yang jelas. Selama hidupnya, Jane dipandang sebagai wanita terhormat, bijaksana, dan perawan cantik yang menyedihkan karena tak bersuami. Jane menjadi penulis besar dengan karya-karya yang fenomenal. Publik di Inggris bahkan menjulukinya sebagai “Shakespeare wanita”.
7. Christine de Pizan (1364-1430)
Abad pertengahan menghasilkan sejumlah wanita Eropa yang berpengaruh seperti Hildegarde, Eleanor, dan Joan Ars. Namun dalam abad yang menaruh kebencian terhadap wanita, saat pengaruh wanita pada umumnya dicirikan oleh status kebangsawanan, Christine de Pisan menonjol sebagai penyair dan cendekiawan. Christine adalah anak dari Tommaso Benvenuto da Pizzano, seorang dokter dan ahli perbintangan terkemuka di zamannya. Dia dilahirkan di Venezia pada 1360. Saat usia menginjak 15 tahun, Christine dipinang oleh Etienne de Castal, seorang notaris dan sekretaris raja. Sepuluh tahun hidup bahagia, Etienne meninggal akibat wabah menular yang melanda Eropa.

Ditinggal mati dengan tiga orang anak memaksa Chrsitine untuk berusaha keras mencari nafkah. Melalui penanya, dia menghasilkan beberapa karya yang disukai bangsawan dan raja. Mahakarya berjudul The Book of the City Ladies menjadi risalah utama para sastrawan dunia yang dianggap sebagai perjuangan nyata hak-hak wanita sejati.

6. Emily Dickinson (1830-1886)
 Emily Dickinson adalah seorang puitis tersohor Amerika yang lahir di Amherst, Massachusetts pada 10 Desember 1830. Emily adalah salah satu dari tiga bersaudara Edward Dickinson, seorang ahli hukum dan bendaharawan Universitas Amherst. Amherst sebagai kampung halaman Emily adalah sebuah desa konservatif yang menjadikan gereja sebagai otoritas tertinggi. Emily sendiri adalah penolak Protestanisme dan Calvinisme yang dianggapnya sebagai penghalang ekspesi. Meskipun begitu, Emily memelihara kerahasiaan “tak beriman” dari keluarga besarnya. Praktis dia menjadi sosok pendiam, terasing, dan menarik diri dari lingkungan, bahkan sahabat terpercaya. (introvert ceritanya)

Ada spekulasi bahwa Emily jatuh cinta kepada Benjamin Newton, seorang magang hukum yang bekerja dengan ayah Emily. Benjamin menjadikan Emily sebagai pemikir bebas dan memberikan ide-ide untuk sebuah dunia yang baru. Sayang, Benjamin meninggal akibat TBC pada 1853. Lepas dari Benjamin, Emily menjalin hubungan dengan seorang pendeta bernama Charles Wadsworth. Dalam perjalanan percintaan mereka, terdengar kabar bahwa Charles sudah memiliki istri dan dia tidak bisa meninggalkannya. Gejolak emosional Emily menjadikan dirinya seperti orang aneh, dia selalu mengenakan pakaian putih dan jarang terlihat.

Dalam dunia sastra, Emily dianggap sebagai puitis sejati yang mengilhami beberapa puitis dunia pada abad ke-20. Karyanya umumnya bernada intens, memberontak, dan orisinil penuh tanpa pernah terungkap.

5. Laura Jane Addams (1860-1935)
Laura Jane Addams atau Jane Addams adalah seorang tokoh perdamaian, humanisme, reformis, penulis, organisator, dan penggiat emansipasi. Jane dilahirkan di Cedarville, Illinois pada 6 September 1860, anak kedelapan dari pasangan John dan Sarah Addams. Setelah lulus sekolah menengah atas, Jane melanjutkan ke Sekolah Teologi Wanita di Rockford, Illinois untuk bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi Beloit yang umumnya diperuntukkan untuk laki-laki. Peristiwa kematian ayahnya akibat usus buntu pada akhirnya memaksa Jane untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Kedokteran Wanita di Philadelphia. Merasa tidak sejalan dengan pilihannya, Jane memilih keluar dan mengembara ke London bersama sahabatnya, Ellen Gates Starr pada tahun 1883. London menjadi titik balik Jane yang melihat kemiskinan dan kesetaraan gender sebagai hal yang harus dibenahi. Jane dan Ellen kemudian kembali ke Amerika untuk mendirikan rumah-rumah penampungan bagi orang tidak mampu, tunawisma, dan imigran yang baru tiba di Amerika.

Selama hidupnya, Jane dianggap sebagai warga Amerika paling berguna dan perempuan terhebat di dunia. Tidak terhitung berapa orang yang telah ditolongnya. Jane juga menjadi perempuan Amerika pertama yang mendapat Nobel Perdamaian (1931). Kata orang-orang Amerika, Jane dan Ellen melon makan melon.
Spoiler for 4:
4. Florence Nightingale (1820-1910)
Florence Nightingale adalah seorang pekerja sosial yang lahir di Florence, Tuscany pada 12 Mei 1820. Florence dilahirkan dari sebuah keluarga dan situasi sosial yang rumit hingga membuat dirinya tampak janggal. William Nightingale ayahnya adalah seorang saudagar yang dihormati, sementara ibunya Fanny adalah sosialita yang aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Florence dibesarkan bersama kakaknya, Parthenope di pedesaan Hampshire dan rumahnya di London. Florence diajarkan eksklusif dalam bidang sejarah, bahasa, dan matematika. Seperti gadis kaya pada umumnya, Florence melakukan debutnya dalam pesta dansa, acara santap malam keluarga, dan kehidupan kelas atas lainnya. Saat usia 17 tahun, dia menulis dalam buku hariannya, “Tuhan telah berbicara kepadaku dan memanggilku untuk menjadi pelayan-Nya.”

Florence menyampaikan niatnya untuk menjadi perawat kepada keluarga besar dan menimbulkan ketakutan luar biasa. Perawat pada masa itu dianggap tidak terhormat karena memiliki reputasi sebagai dunia pelacur dan pemabuk. Florence teguh pada pendiriannya dan pada tahun 1845 ia keluar dari rumah.

Perang Krimea telah membawanya sebagai sosok penting, “wanita dengan lampu di tangan”. Florence mendobrak anggapan bahwa perawat adalah perbuatan mulia, bukan hina. Pandangannya di kemudian hari dijadikan standar pengelolaan rumah sakit di seluruh dunia agar lebih manusiawi.
Spoiler for 3:
3. Golda Meir (1898-1978)
Golda Mabovitch atau Golda Meir adalah seorang politisi Israel yang dijuluki sebagai “ibu bangsa Israel”. Golda dilahirkan di Kiev, Ukraina pada 3 Mei 1898. Pada tahun 1906, keluarga Golda pindah ke Amerika dan bermukim di Milwaukee. Merasa pendidikannya terlalu dicampuri orang tua, Golda pindah ke Denver tinggal bersama kakak perempuannya Sheyna. Pada tahun 1917, Golda menikah dengan Morris Meyerson dan pindah ke Palestina, persyaratan pranikah. Kariernya sebagai politisi semakin menanjak, bertolak belakang dengan hubungan rumah tangga yang semakin renggang. Pada tahun 1941, Golda dan Morris memilih berpisah. Pada tahun 1950, Golda diangkat menjadi menlu Israel. Di tahun yang sama, Morris meninggal dunia dan membuat Golda sangat menyesal. Untuk menghormati mantan suaminya, Golda merubah nama belakangnya menjadi Meir yang dalam bahasa Ibrani berarti “diterangi”. Secara serentak David ben Gurion juga memerintahkan seluruh anggota parlemen untuk merubah namanya menjadi lebih Yahudi.

Pada tahun 1969, Golda diangkat menjadi PM Israel menggantikan Levi Eshkol yang mangkat. Di bawah kepemimpinannya, Israel berhasil memperluas wilayahnya dan memenangkan beberapa pertempuran, salah satunya Yom Kippur 1973.
Spoiler for 2:
2. Agnez Goxha Bojaxhiu aka Mother Teresa (1910-1997)
 Tidak perlu dijelaskan, semua pasti tahu. Dan ini dia jomblowati paling berpengaruh sepanjang masa...

Related Posts

9 Jomblowati Paling Berpengaruh Sepanjang Masa
4/ 5
Oleh