memuaskan publik.
Hasil survei menunjukkan ±62% warga Kota Yogyakarta
menyatakan tidak
puas atas kinerja HS. (Survei Indopolling Network
Research yang
dilakukan bulan September 2016)
2. Sudah menjadi
rahasia umum jika HS bukanlah pemimpin yang dekat
dengan rakyat
sehingga kebijakan yang diambil juga tidak berpihak
untuk kepentingan
rakyat. Ketidakhadiran HS di tengah rakyat sering
dikritisi masyarakat
termasuk oleh kalangan seniman dengan mengadakan
“Festival Seni
Mencari Haryadi”.
3. Kebijakan HS yang
tidak berpihak ke rakyat dibuktikan dengan
maraknya pembangunan
hotel, apartemen dan mall di Kota Yogyakarta
tanpa
mempertimbangkan dampak-dampak negatifnya termasuk ketersediaan
air tanah yang
menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan air warga Kota
Yogyakarta.
Akibatnya banyak wilayah yang mengalami fenomena sumur
kering yang memicu
keprihatinan banyak pihak termasuk akademisi dan
aktivis lingkungan
hidup yang menyerukan gerakan “Jogja Asat”.
4. Menanggapi
gerakan “Jogja Asat” akibat tidak terkendalinya
pembangunan hotel,
apartemen dan mall di Kota Yogyakarta, Gubernur DIY
Sri Sultan Hamengku
Buwono X merasa “ditipu” oleh HS sebagai Walikota
Yogyakarta yang
terus memberi ijin pembangunan hotel baru. Kalau
Gubernur DIY yang
juga Sultan Yogyakarta saja “ditipu” apalagi kita
yang rakyat biasa.
5. Menghadapi kritik
keras dari Ngarsa Dalem dan masyarakat tentang
perijinan
pembangunan hotel baru yang bejibun (ada sekitar 104 ijin
baru selama HS
menjabat), HS bukannya bertanggung jawab secara
“gentle” tetapi
malah menyalahkan aparatur dibawahnya dengan menyebut
dirinya tidak pernah
teken ijin pembangunan hotel baru. Tetapi HS lupa
bahwa semua
kebijakan pemerintahan di Kota Yogyakarta sepenuhnya
adalah tanggung
jawabnya, bukan yang lain. (Harian Tribun Jogja 12
Oktober 2016 Hal. 1,
judul “Wali Kota Sebut Tak Pernah Teken”)
6. Tentu kita
melihat telah banyak berdiri Toko Modern Berjejaring
(TMB) di Kota
Yogyakarta, bahkan berdiri di dekat pasar tradisional.
Hal itu menjadi
bukti bahwa HS tidak berpihak kepada usaha-usaha
ekonomi rakyat dan
bahkan menciptakan persaingan yang tidak sehat
antara TMB dengan
pasar tradisional. Banyak berdirinya TMB ternyata
juga tidak dibarengi
dengan penegakan regulasi karena faktanya banyak
TMB yang
perijinannya tidak lengkap tetapi tetap dapat beroperasional.
7. Ditengah
kekosongan regulasi yang mengatur tentang menara mikrosel,
ada ratusan
menara mikrosel yang telah berdiri dengan angkuhnya,
bahkan banyak yang
berdiri di trotoar, taman dan lahan milik
Pemerintah Kota
Yogyakarta. Sementara pendapatan daerah dengan
berdirinya
menara-menara mikrosel tersebut tidak ada sama sekali.
Anehnya HS seperti
tidak memiliki keberanian untuk menindak tegas
dengan menertibkan
menara-menara mikrosel tersebut termasuk yang ada
di lahan-lahan milik
Pemerintah Kota Yogyakarta. Padahal dari tahun
2012, sudah banyak
pihak yang menyarankan agar HS segera menerbitkan
regulasi agar
menara-menara mikrosel memiliki payung hukum, mengatur
tempatnya dan ada
kontribusi untuk memperkuat PAD. Namun sampai habis
masa jabatannya, HS
tidak pernah mengindahkan saran tersebut. Akhirnya
menara-menara
tersebut berdiri secara liar tanpa keterlibatan
8. Carut marutnya
regulasi di Kota Yogyakarta terkait perijinan
pembangunan hotel
baru, TMB dan menara mikrosel menunjukkan bahwa HS
membuka peluang
untuk terjadinya tidak pidana korupsi. Aroma korupsi
terkait perijinan
tersebut pernah disampaikan oleh Busyro Muqoddas
mantan komisioner
KPK dalam sebuah pembekalan untuk anggota DPRD di
Jogja.
(http://www.radarjogja.co.id/kpk-cium-aroma-di-balik-izin-hotel/#
)
9. HS menghapus
program ramah lingkungan “Sego Segawe” di lingkungan
Kantor Pemerintah
Kota Yogyakarta. Padahal program tersebut bertujuan
untuk mengurangi
emisi gas buang dari kendaraan bermotor guna
menciptakan
lingkungan yang lebih sehat dan mendorong masyarakat untuk
menggunakan alat
transpotasi sepeda dan kendaraan umum untuk
mengurangi kemacetan
lalu lintas di Kota Yogyakarta. Protes masyarakat
dan kalangan muda
atas kebijakan HS tersebut dituangkan dalam berbagai
media seni baik
video, musik dan mural dengan tema “Ra Masalah Har”.
( https://www.youtube.com/watch?v=zly8OcutiGo )
Dengan mencermati
fakta-fakta tersebut diatas, maka saya memutuskan
untuk TIDAK MEMILIH
Haryadi Suyuti atau pasangan calon nomor 2 dalam
Pilkada Kota
Yogyakarta
Curhatan Netizen : MENGAPA SAYA TIDAK MEMILIH HARYADI SUYUTI (HS)?
4/
5
Oleh
berjambang