Rabu, 08 Februari 2017

Gerakan Jogja Berbudaya bentuk kepedulian elemen warga Kota Yogyakarta


Gerakan Jogja Berbudaya yang akan di-launching pada hari ini adalah sebagai bentuk kepedulian elemen warga Kota Yogyakarta akan kondisi Kota Yogyakarta saat ini dan juga sebagai respon atas situasi Kota Yogyakarta yang kehilangan RUH sebagai kota pelajar, kota pendidikan, kota pariwisita, kota budaya, kota inklusif, kota perjuangan, kota bersejarah, dan predikat lain yang melekat pada Kota Yogyakarta selama ini. Sebagai kota pelajar dan kota pendidikan secara fisik Kota Yogyakarta memiliki banyak sekolah yang berkualitas mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi, namun belm mampu menghasilkan karakter lulusan yang memiliki karakter yang mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa serta belum mampu mengakomodasi kepentingan warga yang berkebutuhan khusus dengan baik. Sebagai Kota Pariwisita, Yogyakarta telah memiliki banyak hotel bahkan mungkin sudah berlebihan tetapi jumlah hotel yang banyak tidak diimbangi dengan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta. Kondisi tersebut ditandai dengan tingkat hunian kamar yang berkisar 60% dan lama waktu tinggal yang ada pada kisaran kurang dari 2 hari. Potensi Kota Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota seni kurang dimaksimalkan untuk menarik minat wisatawan berkunjung dan tinggal lebih lama di Kota Yogyakarta.
Aspek lingkungan juga kurang mendapat perhatian yang ditunjukkan dengan kualitas lingkungan yang semakin menurun seperti muka air tanah yang terus turun, pencemaran udara yang diatas ambang batas, suhu udara yang terus naik, serta pencemaran air tanah yang terus meningkat. Pembangunan hotel yang terjadi dalam kurung waktu 5 tahun terakhir ditenggerai sebagai salah satu penyebab kerusakan lingkungan selain sistem transportasi masal ramah lingkungan yang belum banyak diperhatikan sehingga menyebabkan kualitas udara menurun dan suhu udara meningkat. Pembangunan hotel, apartemen, dan pemukiman juga berdampak pada kualitas tata ruang kota yang menurun bahkan perlindungan terhadap benda cagar budaya dan warisan cagar budaya juga turun.
Kondisi-kondisi hanya mewakili sebagian dari kondisi nyata yang ada di kota Yogyakarta saat ini. Kondisi-kondisi tersebut yang dilihat sebagai penyebab Kota Yogyakarta kehilangan RUH dan identitasnya sebagai kota dengan banyak predikat yang sudah melekat selama ini.
Gerakan Jogja Berbudaya yang dipelopori oleh Komunitas Jogja Bangkit mencoba menawarkan alternatif solusi bagi Kota Yogyakarta di masa depan. Kota Yogyakarta harus kembali kepada RUH awalnya saat berdiri yaitu kota yang bertumpu pada akar budaya Jawa dengan semua nilai-nilai filosofisnya. Selain itu Kota Yogyakarta juga harus dapat memanfaatkan perkembangan teknologi untuk dipadukan dengan nilai-nilai budaya Jawa sehingga Kota Yogyakarta dapat menjadi sebuah Kota Cerdas berbasis Budaya. Kota cerdas bukan berarti hanya bertumpu pada penggunaan teknologi tetapi kota cerdas juga bertumpu pada kecerdasan warganya dalam membangun kotanya. Kecerdasan ini juga termasuk dalam memanfaatkan potensi dan kearifan lokal yang dimiliki warga Kota Yogyakarta yang telah ada sejak dulu sebagai bagian dari nilai-nilai budaya Jawa. Kota Yogyakarta juga harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Keistimewaan Yogyakarta yang sarat dengan nilai-nilai adiluhung budaya Jawa.
Alternatif solusi yang coba ditawarkan terdiri dari Sembilan Agenda yaitu pemerintahan yang bersih dan berbudaya, pendidikan untuk semua, kesehatan untuk semua, ekonomi kreatif dan berkelanjutan, kota hijau dan hemat energi, tata ruang menuju kota berkelanjutan, aksesibilitas dan konektivitas, pariwisata berbasis budaya, dan teknologi untuk kesejahteraan warga. Pemerintahan yang bersih dan berbudaya menjadi dasar bagi terbentuknya kepercayaan warga kota terhadap pemerintah kota dan akan menjadi mendorong partisipasi dan kepedulian warga kota akan kotanya. Jika hal tersebut terwujud maka akan dapat menjadi modal bagi Pemerintah Kota dalam membangun dan melaksanakan semua program yang sudah direcanakan. Sebagai kota pendidikan dan kota pelajar kualitas pendidikan di Kota Yogyakarta harus terus ditingkatkan. Pendidikan di Kota Yogyakarta harus dapat memenuhi kebutuhan pendidikan semua warga kota termasuk yang berkebutuhan khusus. Sekolah inklusif harus menjadi salah satu agenda utama dalam pengembangan kualitas pendidikan di Kota Yogyakarta. Untuk menjamin semua warga memperoleh pendidikan akan diterbitkan Kartu Jogja Cerdas (KJC). Pendidikan di Kota Yogyakarta juga harus mampu membentuk karakter lulusan yang berbudi luhur dan mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa. Pemanfaatan teknologi juga harus menjadi perhatian dalam pembangunan pendidikan di Kota Yogyakarta. Jika hal tersebut terwujud maka akan dapat mengurangi kenakalan remaja yang beberapa waktu terakhir marak di kota Jogja dalam fenomena klithik yang meresahkan. Anak muda juga akan semakin terbebas dari narkoba.
Pembangunan kesehatan juga harus mengedepankan pemberian fasilitas kesehatan yang mampu diakse oleh semua warga termasuk yang berkebutuhan khusus. Semua puskesmas di Kota Yogyakarta harus sudah terakreditasi dan jumlah puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap harus bertambah. Kearifan lokal dalam bidang kesehatan seperti jamu tradisional dan pijak tradisional juga harus menjadi bagian dari pengembangan kesehatan untuk semua. Jaminan layanan kesehatan untuk semua warga Kota Yogyakarta akan diwujudan dalam bentu penerbitan Kartu Jogja Sehat (KJS).
Perekonomian rakyat Kota Yogyakarta harus bertumpu ada ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Potensi kreatif semua arga harus dapat dipadukan dengan perkembangan teknologi sehingga mampu mengahsilkan produk-produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Kampung harus dapat menjadi pusat perkembangan ekonomi kreatif di Kota Yogyakarta yang mampu melahirkan banyak wirausaha muda dan UMKM. Kota Yogyakarta harus dapat menjadi kota hijau di masa datang. Pemerintah Kota Yogyakarta harus mendorong implementasi konsep bangunan hijau. Gerakan sejuta biopori dapat menjadi salah satu solusi penurunan kualitas air tanah di Kota Yogyakarta. Pembatasan pembangunan hotel dan apartemen juga menjadiagenda yang harus dijalankan. Penambahan ruang terbuka public yang hijau dan ramah bagi semua warga harus terus dilakukan mengingat jumlah ruang terbuka hijau (RTH) masih jauh dari standar minimal yaitu 30% dari luas lahan kota. Konsep RTH berbasis warga dan kampong harus dikembangkan. Warga dapat membuat kampong menjadi kampong hijau dengan tanaman-tanaman produktif seperti sauran dan buah-buahan serta tanaman obat. Penamaman pohon-pohon yang memiliki nilai-nilai filosofis Jawa seperti pohon gayam, pohon kepel, dan lain-lain juga dapat menjadi bagian dari upaya menggunakan kearifan lokal dalam proses pengelolaan lingkungan.
Tata ruang kota harus mengedepankan keberlanjutan termasuk perlindungan akan bangunan cagar budaya, warisan cagar budaya dan kawasan bersejarah di kota Yogyakarta. Tata ruang uga harus memberikan banyak ruang terbuka publik yang mampu mewadahi ekspresi anak muda dalam semua bidang termasuk ekspresi seni dan budaya. Penataan transportasi masal yang ramah lingkungan dan ramah bagi semua warga termasuk yang berkebutuhan khusus juga menjadi agenda Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mewujudkan aksesibilitas dan konektivitas warga. Manajemen lalu lintas dan penataan parker serta penambahan lahan parker menjadi agenda besar pemerintah kota untuk mengurangi kesemrawutan di Kota Yogyakarta. Penambangan fasilitas akses koneksi internet secara gratis (free wifi) bagi warga sampai ke kampong-kampung juga akan meningkatkan partisipasi dan kepedulian warga terhadap kotanya.
Pariwisata Kota Yogyakarta harus bertumpu pada potensi budaya yang ada di kota Yogyakarta. Even-even budaya dengan berdasar pada kreatifitas dan potensi warga kota harus terus dikembangkan untuk menjadi daya tarik wisatawan berkunjung dan tingal di kota Yogyakarta. Pemanfaatan kawasan dan bagunan cagar budaya seperti kawasan ndalem juga diperlukan untuk membangun pariwisata berbasis budaya. Pemanfataan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi ditujukan untuk kesejahteraan warga termasuk untuk meningkatkan kualitas hidup dan keamanan semua warga Kota Yogyakarta. Perpaduan budaya dan teknologi ditujukan untuk membentuk semangat membangun yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan saat ini sangat dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan hidup kota di masa datang dan untuk memberikan kesempatan hidup yang baik bagi generasi mendatang.

Acara siang ini akan memberikan kesempatan kepada warga yang peduli akan kondisi Kota Yogyakarta untuk memberikan masukan dan aspirasinya untuk perbaikan Kota Yogyakarta. Masukan dan aspirasi ini akan menjadi modal bagi Pemerintah Kota Yogyakarta di masa datang untuk membangun dan mengembangkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Cerdas berbasis Budaya dan menjadikan Kota Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan di Indonesia.

Related Posts

Gerakan Jogja Berbudaya bentuk kepedulian elemen warga Kota Yogyakarta
4/ 5
Oleh